top of page
Search

Pantai Milik Sendiri?

  • Writer: beta rianul
    beta rianul
  • Mar 13, 2019
  • 4 min read

Updated: Mar 16, 2019

Halooo hai hai :D

Kalo kemarin kemarin yang dibahas serius serius, boleh dong ya sekali kali kita bahas hal-hal yang lain. Karena toh memang blog ini saya buat dengan maksud untuk membagikan berbagai hal yang sekiranya baik untuk dibagi :)


Jadi, kali ini saya akan sedikit membagikan pengalaman saya ke salah satu wilayah pantai di Kabupaten Jember setelah sekian lama saya tidak berlibur WQWQWQ


Salah satu wilayah pantai yang kali ini saya kunjungi biasa dikenal dengan Pantai Canga’an atau Pantai Cangaan atau Pantai Cangakan atau apalah mungkin penulisan yang lain tapi masih dapat dibaca dan didengar mirip.


Pantai Canga’an terletak di ujung selatan Kabupaten Jember atau di sekitar wilayah Kecamatan Ambulu dan masih satu garis pantai dengan Pantai Payangan. Berbeda dengan Pantai Payangan yang menurut saya sudah cukup banyak dikenal, memiliki beberapa spot wisata dan foto ataupun cukup banyak pedagang dan masyarakat yang menawarkan lokasi parkir, Pantai Canga’an terasa lebih privasi dan tenang.


Selain itu, kalaulah Pantai Payangan memiliki akses jalan yang lebar, dapat diakses mobil, tidak dengan Pantai Canga’an. Boro boro dapat diakses mobil, bahkan pengunjung jangan mengharapkan akses jalan aspal mulus yang tinggal diikuti begitu saja. Untuk melengkapi bayangan kawan-kawan pembaca mengenai gambaran jalur dan kondisi pantai, tak lupa telah saya rekam sebagian dan seperti liburan-liburan pada umumnya, tak lupa saya juga foto-foto dong ya hehehe.


Untuk sampai ke Pantai Canga’an kita harus masuk ke jalan-jalan dalam rumah penduduk hingga tak lagi kita temukan aspal. Selanjutnya kita akan disambut dengan jembatan gantung dan wilayah penanaman pohon jati yang harus dilewati untuk sampai ke Pantai Canga’an. Namun wilayah pepohonan jati ini sudah cukup ramah, karena menyediakan jalan setapak yang cukup dilewati kendaraan roda dua dengan mudah dan sering dilewati oleh warga setempat. Sehingga, pengunjung tidak perlu khawatir tidak dapat keluar dari wilayah pepohonan jati ini.


Wilayah pepohonan jati yang harus ditembus dengan pemukiman penduduk dipisahkan oleh sungai besar –yang saya kurang tahu nama sungainya wkwk– sehingga nantinya di perjalanan kita akan disambut oleh jembatan gantung yang sudah cukup tua usianya, tapi masih sehat untuk dilewati oleh motor meski cukup sempit sehingga harus bergantian.



ree
Potret Jembatan Gantung. Tengah mengantri untuk menyebrang.

ree
Lebih dekat dengan Jembatan Gantung

ree
Semacam wahana pemacu adrenalin wkwkw


ree
Tapi mampu menyajikan pemandangan yang menyegarkan

Setelah melewati sungai dan bertemu dengan wilayah pepohonan jati, kita hanya perlu berjalan –maksud saya mengendarai motor wkwk– melewati pepohonan jati menyusuri sungai. Tidak perlu khawatir tersesat, karena semua aliran sungai menuju laut bukan? Wkwkw tidak tidak, karena warga sudah cukup memberikan penunjuk arah saat mulai memasuki wilayah pepohonan jati sehingga kita cukup mengikuti petunjuk-petunjuk kecil tersebut dengan mantap untuk tiba di Pantai Canga’an.



ree
Mulai memasuki area jati. Benar-benar hanya dikelilingi jati. Jadi, berkunjunglah saat mulai terang dan pulanglah sebelum gelap.

ree
Menyusuri sungai untuk sampai ke laut

ree
Penunjuk arah menunjukkan bahwa semakin dekat dengan Pantai Canga'an


ree
Cukup lama berada di wilayah penanaman jati, cukup menenangkan bisa bertemu dengan perkampungan lagi. Menandakan kami tak sendiri wkwk


ree
Walaupun jalan yang harus dilalui tidaklah mudah (re: becek)


ree
Sesungguhnya kita hanya perlu berhati-hati

Keluar dari wilayah pepohonan jati, kita akan memasuki lagi wilayah pemukiman warga. Kondisi jalan pada saat kami berkunjung sedang becek karena cuaca masih pagi dan mungkin baru saja hujan di malam harinya. Tapi, kondisi jalan yang becek tidak berlangsung lama. Dan selama melalui jalanan yang becek, kita hanya cukup berhati-hati dengan tidak mengerem secara mendadak agar tidak selip. Cukup dengan memainkan gas. Ohiya, satu informasi penting, mengingat rute menuju Pantai Canga'an yang sempit, maka untuk menuju kesana pengunjung hanya dapat menggunakan sepeda motor, bukan mobil. Tidak perlu khawatir, rute menuju Pantai Canga'an memiliki jalanan yang datar, tidak terjal dan tidak naik-turun.


Terakhir, sebelum memasuki wilayah pantai, kita akan disambut oleh lahan pertanian yang luas dan selalu rutin ditanami oleh beberapa komoditas secara bergantian. Dari informasi yang saya peroleh, komoditas yang ditanam diantaranya kedelai dan semangka. WOW, cukup unik mengetahui bahwa ada wilayah persawahan yang sangat dekat dengan pantai, bahkan sudah termasuk wilayah dengan tekstur tanah pasir dapat begitu subur ditanami kedelai dan semangka.



ree
Memasuki areal persawahan yang sangat dekat dengan pantai


ree
Hijau, biru, dan cahaya. Syukur Alhamdulillah...


ree
Luasnya areal persawahan, suburnya pertanahan

Menyibak pepohonan jati, disambut padang hijau luas, kita akan tiba di Pantai Canga’an yang dimaksud setelah berjalan sekitar 500 meter sampai 1 km. Dan, perasaan yang menyambut saya pertama kali memasuki adalah... “kayak punya private beach ya?” karena kondisinya yang sunyi dan benar-benar tidak dihiasi berbagai hal yang dibuat oleh manusia.



ree
Sebelum memasuki pantai, lebih dulu kita dihadapkan dengan hijaunya areal persawahan. Sungguh lengkap, bukan?


ree
Sejauh mata memandang hanya ada alam, hijaunya pepohonan, birunya lautan, dan cahaya matahari yang bersinar terang. Sungguh indah alam kita. Tidak ada aktivitas manusia yang terasa mengganggu

Pantai Canga'an ini begitu sunyi, tenang, dan ayem, serta sangat kental terasa suasana alamnya. Sehingga, akan sangat cocok untuk kita yang ingin sebentar melarikan diri dari hiruk pikuk dan kesibukan di kota, menikmati indahnya alam ciptaan Sang Maha Kuasa yang tak banyak ditimpa lukisan rekayasa manusia...


Pantai cangaan sepertinya masih sangat jarang dikunjungi oleh wisatawan, ketiaka saya disana, hanya ada beberapa orang nelayan yang sedang mencari ikan menggunakan jaring. Pantai cangakan juga dilengkapi dengan pohon bakau untuk mengurangi abrasi serta rawa air tawar yang dapat digunakan untuk cuci kaki. Pantai cangaan juga dilengkapi dengan ayunan dari kayu untuk melengkapi spot foto wisatawannya. Sayangnya ayunan tersebut tidak terawat sehingga tidak bisa digunakan untuk mainan. Kawasan pohon bakaunya pun belum tertata di spot yang baik, sehingga dapat digunakan wisatawan untuk berteduh sambil menikmati ombak pantai. Ketika kita berteduh di bawah pohon bakau, maka kita tidak dapat melihat laut seluas mata memandang. Pantai ini juga masih terlalu banyak sampak berserakan sehingga membuat mata kurang sedap memandangnya terlebih pantai ini memiliki pasir berwarna hitam.


Begitu menapakkan kaki memasuki pantai dan disambut deru ombak, saya segera menyusuri pinggiran pantai, sedikit menikmati kaki saya disentuh oleh air laut. Karena, tidak lengkap kita datang ke pantai kalau tak tersentuh air laut bukan? Hehehe. Setidaknya, sekalipun saya tidak mandi di laut –karena memang juga tidak diperbolehkan wkwk– saya telah membiarkan kaki saya tersapu ombak, sambil berharap semoga pikiran-pikiran tidak tenang saya, ikut bersamanya.


Terus menyusuri pinggir pantai ke bukit di sebelah kiri kita yang menghadap laut, kita akan melihat jalur pertemuan sungai tawar dan air laut. Jalur pertemuan itu membentuk sebuah rawa yang biasa disebut dengan Rowo Cangak sehingga selain dikenal dengan nama Pantai Canga’an, wilayah ini juga dikenal dengan Pantai Rowo Cangak.


Melihat jalur pertemuan tersebut, dipikiran saya berputar-putar satu hal, “bagaimana sistem filtrasi alami yang dimiliki oleh jalur pertemuan antara sungai dan air laut ini?” Hal itu yang terpikirkan oleh saya karena... seperti yang telah teman-teman ketahui, sungai kita tak lagi sejernih jaman dahulu sekali. Tapi, seperti apapun sungainya, bagaimanapun airnya dan apa yang dibawa air itu, kalau sudah sampai di laut semua akan berubah bersih, yang ada hanya nuansa hijau-biru-laut yang menyegarkan. Sungguh hebat sekali Sang Maha Kuasa dan Maha Indah yang melukiskan seluruh keindahan alam bagi umat manusia untuk dimanfaatkan mencukupi berbagai kebutuhannya mulai pangan sampai liburan. Semoga keserakahan manusia tidak semakin menjadi sehingga beberapa titik masih dapat dirasakan nuansa alamnya yang menenangkan dan menyejukkan :)


Sebagai oleh-oleh dan pelengkap cerita saya, silahkan menikmati dan mencoba menerka-nerka seperti apa keindahan dan ketenangan yang disajikan oleh Pantai Canga’an ini lewat beberapa potret hasil jepretan kamera yang kami bawa. Selamat menikmati dan terimakasih sudah membaca. Semoga ketenangan yang saya dan teman-teman saya rasakan, dapat dirasakan pula oleh kawan-kawan pembaca :)



ree
Mendekatkan diri dengan laut, tak terasa di foto ini saya auto-tersenyum. Rupanya semenyenangkan itu wkwk

ree
Tak lengkap rasanya kalau ke pantai, tak memberikan kesempatan kepada laut untuk membasuh kaki kita. Andaikan bisa membawa pergi dosa-dosa, mungkin pantai ini sudah ramai wkwk


ree
Dibasuhnya kaki ini (dan kaos kakinya wkwk)


ree
Rupanya sesekali perlu juga menjadi seperti anak-anak. Bukankah begitu?


ree
Gambaran kondisi Rowo Cangak yang merupakan bagian dari Pantai Canga'an. Bonus potret gadis berkerudung cokelat susu hahaha


ree
Area pertemuan sungai dengan laut. Saya berada di tengahnya karena aliran belum secara total tersambung akibat sedang surut


ree
Betapa luas, indah, dan gagahnya alam ini. Manusia itu sekecil itu, tapi kenapa suka sekali merasa besar?

Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca dan melihat oleh-oleh yang saya sertakan walaupun hasilnya tak begitu baik dan modelnya tidak begitu cantik wkwkw

Nantikan saya di cerita selanjutnya, ya? :D

 
 
 

Comments


©2019 by BETBETABET. Proudly created with Wix.com

bottom of page